(0 pemilihan)

SMP Xaverius 2 Bandar Lampung Hadiri Bimbingan Teknis Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal Hari Pertama Pilihan

Pada Jumat, 7 November 2025, semangat literasi kembali menyala di Gedung Pelayanan Perpustakaan Kota Bandar Lampung. Dalam suasana penuh inspirasi, perwakilan dari SMP Xaverius 2 Bandar Lampung turut ambil bagian dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal. Acara yang digagas oleh Dinas Perpustakaan Kota ini bertujuan untuk “saling berbagi pengalaman, berdiskusi, dan membangun jejaring bersama insan literasi, agar dapat menumbuhkan pegiat literasi di lingkungan sekolah maupun masyarakat.”

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari yaitu pada tanggal 7, 14, dan 21 November 2025, dengan sesi pertama dimulai pukul 09.30 hingga 11.20 WIB. Hadir sebagai perwakilan dari SMP Xaverius 2, tiga siswi berbakat yakni Yuvanka Prasista, Lutgardis Cristabel Fanisha, dan Marcella Aurelia dari kelas 8A dan 9D, didampingi oleh para guru pembimbing, yaitu Pak Nando, Bu Anggun, dan Bu Dewi.

Hari pertama Bimtek ini menghadirkan narasumber utama Kak Yoga Pratama, seorang penulis sekaligus anggota Relawan Literasi Masyarakat (Relima) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yang telah lama berkecimpung di dunia kepenulisan dan pelatihan literasi di berbagai daerah.

Dalam materinya, Kak Yoga menekankan bahwa menulis bukan sekadar menuangkan kata, tetapi juga menyalurkan jiwa dan identitas daerah. Melalui kepenulisan berbasis konten budaya lokal, generasi muda diajak untuk menjadi penjaga nilai-nilai budaya di tengah derasnya arus globalisasi digital.

Konten lokal bisa hadir dalam berbagai bentuk mulai dari artikel, cerpen, blog, caption media sosial, hingga promosi UMKM. Semua itu dapat menjadi wadah memperkenalkan budaya daerah kepada dunia luar. Misalnya, budaya “cetik”, alat musik khas Lampung, dapat diperkenalkan melalui tulisan ringan di media sosial, artikel feature, atau esai populer. Dengan begitu, budaya lokal tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh relevan di tengah perubahan zaman.

Menurut Kak Yoga, esai populer berbasis budaya lokal memiliki kekuatan ganda yaitu gaya bercerita yang humanis dan refleksi pribadi yang mendalam. Dalam satu tulisan, penulis tidak hanya menyampaikan fakta budaya, tetapi juga mengajak pembaca merenung tentang nilai dan makna di baliknya.

“Tulislah budaya seperti kamu bercerita kepada sahabat dengan rasa, penuh makna, dan kebanggaan,” ujar Kak Yoga dalam salah satu sesi reflektifnya.

Dalam sesi selanjutnya, peserta diperkenalkan pada gaya penulisan feature dan esai populer dua bentuk tulisan yang berakar pada kisah nyata, tetapi dibingkai dengan sentuhan pribadi.

Sebuah feature mengedepankan gaya bercerita, menghadirkan kisah nyata dengan emosi dan kedalaman. Sedangkan esai populer lebih menonjolkan refleksi penulis, pemikiran pribadi, serta pesan moral atau budaya yang ingin disampaikan. Ketika dua gaya ini dipadukan, maka lahirlah tulisan yang tidak hanya informatif, tetapi juga menyentuh hati pembaca.

Langkah-langkah menulis esai populer berbasis budaya lokal pun dijelaskan secara sistematis:

  1. Temukan ide budaya lokal. Misalnya, cerita rakyat Sumur Putri, kehidupan masyarakat Pecinan Teluk Betung, atau kisah kampung tua Rajabasa.
  2. Lakukan riset mini dan observasi. Perhatikan detail, makna, dan nilai budaya yang ingin diangkat.
  3. Tentukan sudut pandang. Apakah dari sisi sejarah, sosial, atau pengalaman pribadi.
  4. Tulis lead yang menggugah. Pembuka harus memikat, bisa deskriptif, kutipan tokoh, atau reflektif.
  5. Kembangkan isi dengan narasi dan refleksi yang seimbang.
  6. Tutup tulisan dengan pesan atau renungan bermakna.

Di sinilah keseimbangan antara narasi faktual dan refleksi pribadi menjadi kunci. Tulisan budaya tidak sekadar menceritakan adat, tradisi, atau tempat, tetapi juga menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan di dalamnya.

Kegiatan Bimtek ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga ruang inspiratif yang membangkitkan kesadaran budaya di kalangan generasi muda. Para siswi SMP Xaverius 2 tampak antusias mengikuti sesi latihan praktik menulis lead dan esai populer. Mereka belajar bagaimana sebuah tulisan bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.

Dalam praktik menulis, para peserta dilatih untuk mendengar suara budaya di sekitarnya dari cara masyarakat bertutur, tradisi kuliner khas, hingga cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun. Semua itu merupakan kekayaan narasi yang dapat diolah menjadi karya tulis penuh makna.

Melalui pendampingan guru dan dukungan sekolah, kegiatan ini menjadi bagian dari upaya SMP Xaverius 2 untuk menumbuhkan generasi literat yang berkarakter, kreatif, dan berakar pada nilai budaya.

Bimbingan teknis ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan melalui pena. Di tengah tantangan era digital, menulis konten lokal adalah bentuk nyata cinta pada tanah kelahiran. Tulisan-tulisan para pelajar, sekecil apa pun, adalah jejak yang akan menjaga identitas Lampung agar tetap hidup dalam ingatan kolektif bangsa.

Dengan mengikuti kegiatan seperti ini, SMP Xaverius 2 Bandar Lampung menunjukkan komitmennya dalam mendukung literasi budaya dan menanamkan kebanggaan terhadap kearifan lokal di kalangan pelajar.

Semoga kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang belajar menulis, tetapi juga gerakan kecil menuju kebangkitan literasi budaya di bumi Lampung.

Karena dari pena yang mencintai budayanya, akan lahir generasi yang tidak mudah lupa pada akar identitasnya

Baca 262 kali Terakhir diubah pada Selasa, 11 November 2025 16:23
SMP Xaverius 2 Bandar Lampung

Manusia Yang Unggul dalam Humanitas, Kecerdasan, Kajujuran, Kedisiplinan, dan Pelayanan

xav2