Fransiskus Xaverius lahir pada tahun 1506. Ia berasal dari keluarga bangsawan Juan de Jassu, dari Navarra, Spanyol. Ayahnya adalah pejabat tinggi kerajaan dan meninggal tahun 1515. Ibunya adalah seorang ibu yang penuh cinta kepada empat anak mereka. Fransisco de Jassuy de Javier, nama asli Fransisius Xaverius dan ia adalah anak bungsu.
Bulan September 1525, saat usia 19 tahun, Fransiskus pergi ke Perancis untuk meneruskan studi. Sebelum berangkat, ia menghadap Uskup Pamplona, dengan harapan bisa menjadi imam di Navarra setelah ia kembali dari studinya.
Di Paris, Fransiskus tinggal di kolose St. Barbara bersama Pierre Favre (Petrus Faber) teman kuliahnya. Faber seorang anak petani dari Savoie. Kemudian hari datang Ignatius, seorang veteran perang Pamplona.
Tahun 1530 Fransiskus meraih gelar Magister (Licence ès Arts) dan kemudiania belajar ilmu teologi untuk meraih cita-citanya menjadi imam jempolan dan terhormat. Tak pernah terlintas di benak Fransiskus untuk menjadi imam yang sederhana dan miskin di pedesaan.
Suatu hari, Ignatius teman kuliah, yang giat belajar, berdoa dan berbuat kesalehan bertanya kepada Fransiskus: “Apalah gunanya kalau seorang manusia mendapatkan seluruh dunia namun kehilangan nyawanya?” Mendengar itu, segala impian keduniaan Fransiskus runtuh dan mengubah jalan pikirannya untuk mengabdikan hidup dan ilmunya bagi pelayanan kepada Allah dan orang miskin.
Pada tanggal 15 Agustus 1534 Fransiskus bersama Ignatius dan lima teman lain, mengucapkan kaul untuk hidup murni, miskin, dan berziarah ke tanah suci. Peristiwa itu terjadi di kapel St Denis, Montmartre. Tanggal 24 Juni 1537, Fransiskus ditahbiskan menjadi imam dan oleh Bapa Suci diizinkan berziarah ke Yerusalem. Kelompok ini kemudian membentuk Serikat Yesus (SJ), dan mengikrarkan ketaatan kepada seorang dari mereka yang menjadi pembesar.
Ketika Fransiskus berusia 34 th, Ignatius mengutusnya sebagai misionaris ke India. Fransiskus taat dan dengan tegas menjawab: ”Sus! Heme aqui!” (“Ya, inilah aku!”).
Raja Portugal pun memberi perhatian akan perutusan Fransiskus dengan memberikan hadiah-hadiah dan juga seorang pelayan untuk menyertainya. Tetapi, Fransiskus menolak itu dengan mengatakan: “Cara terbaik bagi seseorang untukmendapatkan martabat sejati adalah dengan mencuci baju serta memasak makanannya sendiri.”
Fransiskus bertolak dari Lizabon pada April 1541 dan tiba di Goa tanggal 6 Mei 1542. Ia mendapatkan di sana orang-orang Kristiani yang tidak terurus, akibat kurangnya tenaga rohaniwan. Lagi pula mereka hidup melarat. Melihat itu Fransiskus membantu mereka untuk meretas belenggu kemiskinan jasmani, membebaskan diri dari penyakit lahir batin dan mengajar tentang Allah dan keselamatan-Nya. Ia mengajar anak-anak agar menjadi pandai, dan orang-orang tua agar menjadi lebih bijaksana. Didirikannya rumah sakit dan sekolah pula.
Dari Goa ia berlayar ke Sailan, yang dihuni suku Parava. Pada tahun 1543 Frasiskus kembali ke Goa untuk mengucapkan kaul terakhir dalam Serikat Yesus.Tahun 1545 Fransiskus tiba di Malaka. Ia tinggal selama lima bulan di sana. Seperti di tengah suku Tamil sebelumnya, di situ pun ia mulai mengajar, merawat orang sakit, mendengarkan pengakuan dan merayakan ekaristi.
Pada bulan Januari 1546, ia berlayar ke Ambon, Ternate, Morotai di Indonesia Bagian Timur. Ia mengunjungi perkampungan nelayan yang kumuh untuk mewartakan kabar suka cita. Setelah itu ia kembali ke Malaka, dan pada bulan Januari 1548 ia tiba di Goa.
Salah satu tempat yang sulit ia datangi adalah Jepang. Namun pada tanggal 27 Juli1549 ia akhirnya mencapai Jepang dan baru tanggal 15 Agustus ia menginjakkan kakinya Kagoshima di Pulau Kyūshū. Pada bulan November 1551 ia kembali ke Malaka dan tiba di Goa bulan Januari 1552.Tanggal 17 April 1552 Fransiskus meninggalkan Goa menuju Tiongkok bersama Diégo Pereira dengan menumpang kapal Santa Cruz. Awal September 1552, mencapai pulau Shangchuan di Tiongkok, 14 km jauhnya dari pesisir Selatan daratan Tiongkok. Pada tanggal 21 November, ia pingsan seusai merayakan Misa dan kemudian sakit demam. Meskipun semangatnya tetap berkobar, sakitnya melemahkan dirinya. Kini ia hanya mampu berbaring, sambil berdoa sepanjang siang dan malam, dengan ditemani pembantunya yang setia, Antonio, seorang Cina yang telah memeluk iman Katolik. Pada tengah malam, tanggal 2 Desember 1552 Fransiskus Xaverius wafat. Fransiskus wafat pada usia 46 tahun, tanpa pernah menginjakkan kakinya di daratan utama Tiongkok.
Sumber: Wikipedia, Google